Halaman




sMogha sajHa bLog iNi biSha bErmaNfaat uNtuk Qt sEmua....
aQ haNya iNgin bErbagi Kisah, pEngalaman dan mUngkin sediKit iLmu yaNg Qu Miliki... apa yaNg aQ tUlis adaLah yaNg aQ kEtahui, jadi Maaf jiKa baNyak kekUrangan daRi Blog ini..

" Berawal dengan nol, Berjalan dengan Proses, Berakhir dengan satu....!! Semoga Selalu Diberkahi dalam Setiap Langkah. Merajut Mimpi, Mengejar Mimpi..!!! " \(^▿^)/°


Kamis, 12 Juli 2012

Ya Allah Jadikanlah Dunia Pada Genggaman Kami Bukan Pada Hati Kami


Mencoba tetap ikhlas dan peduli dengan memberikan sedikit materi kita kepada orang lain saat kita dalam kondisi kekurangan adalah bukan hal yang mudah. Dalam perhitungan ekonomi, ini adalah hal konyol jika kita tetap melakukannya. Namun taukah engkau bahwa Allah itu Maha kaya dan Pemurah?

Maka untuk para pengusaha muda yang sedang berwirausaha atau siapapun yang galau soal keberlangsungan masa depannya, tetaplah optimis bahwa Allah selalu berikan jalan kemudahan untuk kita. Kita tidak akan miskin dengan memberi. Kita tidak akan miskin dengan berbagi meskipun dalam kondisi tersempit yang kita miliki. Karena sebenarnya saat kita berada dalam kondisi kekurangan namun ada orang lain yang menaruh harapan kepada kita untuk dapat dibantu, sebenarnya kepercayaan/amanat itu adalah label dari Allah bahwa sebenarnya kita mampu untuk melakukannya. Terus bersemngatlah berbuat kebaikan apapun, dimanapun, siapapun, bagaimanapun kondisi kita.

Sehingga kenapa tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah? Karena secara tidak langsung saat kita menempatkan diri kita berada di atas, kita telah melabelkan diri bahwa kita mampu. Hal itu juga salah satu bentuk husnudzon kita kepada Allah. Berpositif thinking. Dan merupakan salah satu bentuk rasa syukur. Maka jangan terlalu merisaukan masa depan yang berhubungan dengan materi. Tetap berikhtiar dan berdoalah agar dunia tidak sampai berada di hati kita namun pada genggaman kita.

Tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah berlaku sampai kapanpun. Meski Allah membolehkan kita untuk berhutang saat kondisi sempit, namun sebisa mungkin ini harus tetap dihindari. Karena satu kali dua kali hingga berkali-kali kita melakukan hal ini saat kita berada dalam kondisi sempit, akan membiasakan diri kita untuk selalu “merasa” tidak mampu dan mudah menyerah untuk dapat menyelesaikan masalah kita. Mindset kita harus kita bentuk, bahwa kita mampu. Mengapa berhutang sebisa mungkin harus kita hindari? Kita tau kan bagaimana the power of kepepet? Meski dengan berhutang kita jadi merasa lebih terpepet sehingga kita terpacu untuk menyelesaikannya, hal ini “tidak” termasuk dalam kondisi lebih baik dibanding saat kita benar-benar terpepet dalam sebenar-benarnya kondisi kita.  Karena pada dasarnya hutang adalah kondisi terpepet pada si pemberi hutang dan “sedikit” dalam kondisi terpepet pada si pemilik hutang. Mengapa demikian? Karena secara jelas saat kita dihadapkan dalam kondisi memilih antara menyelamatkan orang lain atau diri sendiri (meski membayar hutang termasuk dalam bentuk menyelamatkan diri sendiri) dan kita harus memilih salah satunya, maka kita lebih banyak memilih menyelamatkan diri sendiri secara fisiologis terlebih dahulu dibanding dengan usaha menyelamatkan hal lain. Sebagai contoh, di kondisi panas yang terik kita sedang merasa sangaaaat kehausan. Sedangkan dikantong kita hanya terdapat uang 500 rupiah. Tidak ada air disekeliling kita, hanya ada penjual asongan yang menjual aqua gelas seharga 500 rupiah, sedangkan kita memiliki hutang yang bernilai 500 rupiah. Maka sudah dapat dipastikan kita akan lebih banyak memilih membeli aqua dengan uang 500 rupiah itu dibanding untuk membayar hutang kita. Itulah mengapa hutang lebih banyak merupakan kondisi terpepet pada si pemberi hutang dan “sedikit” dalam kondisi terpepet pada si pemilik hutang. Sehingga jika kita ingin mencari the power of kepepet, maka lebih baik kita memepetkan diri untuk terpepet pada diri kita sendiri. Karena secara insting kita akan jauh lebih berjuang yang menjadikan diri kita lebih kreatif dan inovatif.

Berhutang saja sebisa mungkin harus kita hindari apalagi riba. Posisi atau siklus segitiga dimana ada posisi penjual, pembeli, dan peminjam uang yang berbunga adalah tidak diperbolehkan dalam islam karena mengandung unsur riba. Dan sudah secara nyata, pinjaman berbunga pada awalnya terlihat seperti membantu kita, namun pada dasarnya semakin memberatkan kita. Kita dirugikan berkali-kali lipat dari bunga-bunga yang seharusnya tidak kita keluarkan jika kita tidak meminjam pada peminjaman berbunga. Lebih baik kita mengeluarkan untuk bersedekah dibanding dengan membayar bunga yang tidak jelas keberkahannya. Maka sekali lagi, percayalah bahwa kita tidak akan miskin dengan memberi dan berbagi jika yang kita lakukan adalah lillah. Allah maha Kaya, kita bisa meminta berapapun agar tetap bisa berjalan di jalan Allah.  Letakkan dunia pada genggaman, bukan pada hati. Karena hati yang berisi dunia akan menjadi sempit, penat, dan keliru.

Al-Lail
(1)    Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
(2)    dan siang apabila terang benderang,
(3)    dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
(4)    sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.
(5)    Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
(6)    dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
(7)    maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
(8)    Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,
(9)    serta mendustakan pahala yang terbaik,
(10)maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
(11)Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.
(12)Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk,
(13)dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia.
(14)Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
(15)Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,
(16)yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
(17)Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,
(18)yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
(19)padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
(20)tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
(21)Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.  

Barang siapa yang menjadikan Allah sebagai sandaran harapannya, Allah akan mencukupkan baginya urusan agama dan dunianya
-Ali bin Abu Thalib-

Apalah artinya hidup jika tidak ada cinta dari-Nya

1 komentar: