Duhai Allah izinkan untaian kata ini tertulis untuk-Mu.
Rabbi… Telah
Kau ciptakan kami, manusia menjadi makhluk-Mu yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk-Mu yang lain.
Kau berikan
kami akal untuk berpikir. Berpikir mengenai segala penciptaan-Mu hingga kami
mampu mengenal-Mu darinya. Berpikir tentang indahnya ciptaan Mu yang terhampar
luas di alam ini yang darinya kami akan mengenalkan pada anak cucu kami tentang
keberadaan-Mu darinya.
Bak karpet
hijau terhampar luas hijau daun-daun, pepohonan dan rerumputan itu nampak tak
berujung…
Bagaikan
akuarium raksasa Kau ciptakan luasnya lautan beserta ikan-ikan di dalamnya
Seperti tiang
menjulang tinggi Kau ciptakan gunung itu…
Allah… Kau juga
berikan kami hati yang kemudian dengannya kami mampu meyakini keberadaan Mu
Kau juga
berikan indera pada kami yang sungguh anggun pada setiap bagiannya. Sempurna ya
Allah…
Kau sempurnakan
kami dengan rasa malu yang dengannya seharusnya kami benar-benar merasa malu
jika harus bermaksiat kepada-Mu.
Dan… Lebih dari
itu Kau telah berikan pada kami sebuah keberanian sehingga kami menyanggupi
amanah besar ketika makhluk mu yang lain tak menyanggupinya, Sedang kami
berkata mampu untuk mengembannya, menjadi seorang khalifah di muka bumi ini.
Namun… apa yang
telah kami lakukan kini ya Allah?
Kau telah
saksikan semua, ketika hijau pepohonan itu kami bumi hanguskan dan berubah
menjadi kerangka hitam dengan asap mengepul menuju langit-Mu. Keseimbangan yang
juga tak lagi sempurna kala hijau itu kini jua berubah menjadi atap atap yang
kokoh menjulang tinggi seolah menyombongkan ciptaan kami sendiri. Padahal
sungguh itu tak berarti apa-apa di mata-Mu…
Kau juga telah
saksikan ketika laut tiba-tiba menggelegar, mematikan ikan ikan dan
menghancurkan ekosistem di dalamnya.
Ya Rabb… kami
juga masih ingat kala melihat tangis orang tua kami saat hatinya kami sakiti,
saat kata-kata kasar itu ringan keluar dari lisan dan membuatnya terluka
padahal ridha Mu ada pada ridha mereka. Kami khilaf ya Allah….
Kami juga
sering tidak peduli pada orang-orang yang fakir dan miskin, kami sering acuh
pada mereka, kami lupa ada hak mereka pada rezeki yang telah Kau berikan pada
kami. Sedang kami telah hanyut dalam hidup bermewah-mewahan dan keberlimpahan
harta. Padahal dengan mudahnya Kau dapat mengambil itu semua…Kami telah lupa
…kami telah lupa untuk bersyukur ya Allah atas apa yang telah Kau berikan…
Tak hanya itu
ternyata ya Allah… kami di sini masih saja berpura-pura tak mendengar jeritan
saudara kami di sana yang mungkin detik ini merasa terancam nyawanya, namun
mereka tak gentar barang sedikit pun. Mereka yang tak pernah nyenyak tidurnya,
tak pernah mengeluh atas apa yang sedang terjadi, mereka juga yang selalu
bersiap siaga tak kenal waktu tak pernah menyerah karena mereka hanya mengharap
pertolongan dari-Mu.
Sedang kami…
kami ya Allah, kami juga manusia namun mengapa kami tidak peduli dengan semua
itu. Seolah mata ini tak melihat, telinga ini tak mendengar bahkan lisan ini
saja hanya diam, kami lupa dengan hari akhir yang Kau janjikan, hari pembalasan
bagi segala amal perbuatan kami sekalipun itu sebesar biji zharah. Kami juga
lupa pada keberadaan Syurga dan Neraka yang telah Kau ciptakan sebagai balasan
yang setimpal atas apa yang kami lakukan di dunia…
Duhai Dzat yang
Maha Agung… sering kami lupa dengan panasnya api neraka milik Mu. Api yang
telah Kau nyalakan selama 1000 tahun hingga warna nya menjadi merah, kemudian
Kau bakar lagi selama 1000 tahun hingga waranya berubah lagi menjadi putih, dan
ternyata tak cukup sampai situ Kau bakar lagi selama 1000 tahun hingga menjadi
hitam legam seperti malam yang gelap gulita. Rabbi, izinkan kami bertanya
sepanas apakah itu??? Jika salah satu jenisnya saja di dunia kami sudah tak
sanggup menahannya.
Duhai Allah…
Seandainya saja Kau kabarkan pada kami lebih awal akan kedatangan hari kiamat
itu pastilah kami akan menyegerakan taubat kami, pastilah sujud sujud kami akan
lebih panjang, pastilah kami tak pernah pergi meninggalkan-Mu dan pastilah
semua ini tidak akan pernah terjadi.
Rabbi…
Maafkanlah kami yang telah menzhalimi diri kami sendiri, yang telah banyak
bersalah pada-Mu yang tak bersungguh-sungguh menjalankan syahadat ini dan yang
belum menyeluruh dalam agama ini.
Ya Allah… kami
yakin pintu hidayah-Mu tak akan pernah tertutup bagi kami, segera bukakan ya
Rabb. Bantu kami untuk kembali merasakan manisnya iman itu, indahnya berdialog
dengan mu dalam setiap sujud dalam shalat, kembalikan kami pada risalah yang
telah di bawah oleh Baginda Rasulullah Muhammad Salallahu’alaihi wassalam dan
merasakan kebersamaan dengan-Mu dalam hidup ini sehingga kami
kembali menyadari tugas kami sebagai Khalifatullah fil ardhi.