Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai bagian dari generasi
muda Indonesia, Sekaligus sebagai Organisasi Muhammadiyah yang mengemban ide
dan cita-cita K. H Akhmad dahlan memiliki kesadaran dan tanggungjawab yang besar
akan peradaban islam, Bangsa Indonesia yang mandiri dan kuat serta persyrikatan
muhammadiyah yang dinamis dan progressif menghadapi keadaan zaman.
Kesadaran dan tanggung jawab diatas merupakan landasan dan motivasi
dasar bagi ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk berikhtiar guna mewujudkan
cita-citanya. Cita-cita tersebut secara terminologis sudah terumuskan dalam AD.
BAB II pasal 16 yang berbunyi “Mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang
berakhlaq mulia dalam rangka tercapainya tujuan Muhammadiyah”.
Dari pemahaman kita terhadap maksud dan tujuan serta sifat
tersebut, maka pada dasarnya IMM dibentuk untuk mengupayakan secara sadar dan
terencana guna mempersiapkan mahasiswa dengan nilai-nilai islamiah, pengetahuan
dan keterampilan supaya mereka melalui proses didik dan dapat actual sebagai
kader persyarikatan pada tingkat akademis. Melalui kualifikasi kader yang
demikian, diharapkan akan mampu memberikan dampak atau efek sinergitas yang
besar bagi pencapaian Muhammadiyah.
Berpijak dari pemahaman diatas, maka maksud dan tujuan IMM
adalah sebuah konsep Global yang diharapkan merupakan sarana bagi usaha
pembentukan kader tingkat akademis yang memiliki nilai dan kualifikasi
tertentu. Dan dari kualifikasi ini akan dirumuskan suatu profil yang akan
dijadikan ide bagi mahasiswa sebagai pengacu dalam wadah ikatan.
Dengan fenomena yang ada saat ini, Gerakan Mahasiswa Selalu
mengalami pergolakan dari waktu ke waktu. Sayangnya, kadang kala Dinamisnya gerakan mahasiswa itu tidak
diimbangi dengan dinamisnya pemikiran (Dimensi Intelektualitas). Sehingga, Untuk
mewujudkan maksud dan tujuan IMM yang telah dipaparkan diatas, maka
dirumuskanlah nilai-nilai dasar yang disebut dengan Tri Kompetensi Dasar yang mencakup nilai Religiusitas,
Intelektualitas dan Humanitas. Untuk mewujudkan Tri Kompentensi Dasar tersebut
maka dari itu dapat dijabarkan sebagai berikut.
v Wacana Religiusitas (Value, Kompetensi Dasar Aqidah / KeIslaman ). Dalam kompetensi ini kader-lader IMM dituntut
memiliki kemampuan untuk memformulasikan nilai-nilai kehidupan yang berjiwa
tauhid, sifat keagamaan yang inclusive, Pluralis, Egaliter serta membebaskan. Prinsip ini harus dilandasi dengan akhlak islam, agar
tidak tercabut dari identitasnya sebagai gerakan yang berlandasan pada
keuniversalan agama. Islam sebagai Rahmatal Lil ‘Alamin tidak hanya terjadi dalam dimensi Teoligis
Filosofis (Kognitif Intelektual ) an
sich yang terus didengungkan- dengungkan, tetapi hal ini belum terwujud
dalam realitas kehidupan ummat manusia. Oleh karena itu pemahaman islam yang
sempit sudah harus ditinggalkan, islam yang universal bukan hanya fikih saja (
yang sering membuat kaku berfikir ), akan tetapi terlingkup didalamnya Aqidah (
kalam ), Tasawuf ( Mistisme ) dan pemikiran-pemikiran lainnya.
v Wacana Intelektualitas (Vision) adalah
kemampuan untuk mengaktualisasikan diri melalui berfikir mandiri. Integral
dengan mengembangkan pemahaman serta amaliah professional sehingga akademisi
terlihat secara kritis dengan nilai kehidupan yang islami, tujuan cita-cita
yang mengatasi kebutuhan praksisi sesuai dengan basis ilmu yang diserapnya.
Kemudian penguatan paradigma ilmu yang rasional liberal dan radikal ( seakar-akarnya
) guna dimilikinya kemampuan mengkonteskan doktrin agama ( islam ) agar
mampu merespon dengan progresif dinamika perubahan social semakin cepat di era
globalisasi. Hal ini mensyaratkan, bahwa kajian-kajian keilmuan yang dilakukan
oleh kader-kader IMM tidak hanya mencakup aspek Kognitif inteletual. Namun juga melibatkan taqdis al-afkar ad-
dini( karena yang benar qobilun li al- niqash wa at- taghyir ). Denan
demikian, IMM akan menjadi tempat pencerahan bagi anggotanya ( Intelektual
Enlightenment ) kemudian didukung
dengan budaya kelembagaan yang baik maka kohesifitas pemikmiran
akan terjadi, dan ini juga menyebabkan
terjadinya pengayaan intelektual (intelektual Enrichment ), yang pada
akhirnya akan menimbulkan kematangan berfikir ( Intektual Maturity ).
v Wacana Humanis (Caurage, kompetensi Dasar Humanitas atau Kemasyarakatan
) adalah sikap ikatan yang populis,
yakni keberpihakan kepada masyarakat dan orang-orang yang terdzolimi. Dengan
pendekatan simpati dan empati, dan mencari problem-problem tersebut dalam upaya
pemberdayaan masyarakat menuju terbentuknya masyarakat utama, sebagai tujuan
Muhammadiyah.
Tidak cukup dengan
Tiga Kompetensi Dasar saja IMM sebagai bagian dari pergerakan mahasiswa yang
memiliki dasar gerakan islam, patut dicermati adalah jangan sampai kita menjual
nama agama hanya untuk mendapatkan massa dan keuntungan sesaat, selain itu
mahasiswa dan masyarakat telah dewasa dalam melihat realita, memilih mana
organisasi yang memang betul-betul menyuarakan aspirasi rakyat dan mana
organisasi gadungan. Tercatat dengan tinta emas pegerakan mahasiswa di
Indonesia turut mewarnai perubahan penting di negeri ini.
Sebagai Organisasi
Pergerakan dan perkaderan, IMM memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini
tercermin dari nilai dasar ikatan yang nharus dipahami dan dan dilaksanakan
oleh setiap kadernya.
1.
Ikatan Mhasiswa
Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa yang bergerak ditiga bidang ranah gerak,
yaitu: keagamaan, Kemasyarakatan dan kemahasiswaan
2.
Segala bentuk
gerakan IMM selalu berlandaskan pada agama islam yang hanif dan berkarakter
rahmad bagi sekalian alam (rahmatan lil alamin)
3. Segala
bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan dan kemungkaran adalah lawan
besar gerakan IMM, dan perlawanan terhadapnya adalah kewajiban bagi setiap
kader IMM
4. Sebagai
gerakan mahasiswa yang berdasarkan islam dan beranggotakan indivi-individu
mukmin, maka kesadaran melaksanakan syari’at islam adalah sebuah kewajiban dan
sekaligus mempunyai tanggungjawab untuk mendakwahkan kebenaran ditengah
masyarakat
5. Kader
IMM merupakan inti masyarakat utama yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan,
kemulyaan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan masyarakat dan sesuai
dengan semangat pembebasan dan pencerahan Nabi Muhammad SAW.
Kompetensi Dasar tersebut harus terus
diinternalisasikan pada kader-kader IMM melalui proses budaya kelembagaan yang
disediakan IMM. Indikasi dari terpenuhinya kemampuan tersebut dapat dinilai
dari tingkat indikator diatas.
v Indikator dari Kompetensi Dasar Aqidah dapat
dinilai dari tingkat kadar :
- Pemahaman dan implementasi aqidah yang bulat dan
utuh.
2. Tertib dalam
Ibadah.
3. Berakhlak mulia.
- Pemahaman
agama yang Inklusif, Pluralis, Egaliter dan liberal ( membebaskan ).
- Menggembirakan
(istilah Muhammadiyah) da’wah Islam amar ma’ruf nahi
munkar.
6. Moralitas yang
tinggi.
7. Militansi
dalam “ Jihad “ yang kuat, baik dalam persyarikatan maupun ikatan.
8. Teguh
pendirian dan pantang menyerah.
v Indikator dari Kompetensi Dasar Intelektual dapat
dinilai dari tingkat kadar :
- Bersikap kritis terhadap diri dan lingkungan.
- Semangat
dalam melakukan proses Individuasi ( membaca, berdiskusi dan
utamanya menulis
) tanpa sikap membatasi wacana.
3. Berparadigma ilmu
yang rasional dan liberal serta radikal.
4. Berfikiran
mandiri, argumentative dan integrative.
5. Reflektif dan
kontemplatif dalam
berijtihad.
- Memilki ilmu alat ( bahasa ) yang mendukung
pengembangan intelektualnya.
- Sikap
personal dan logis.
- Imajinasi
intelektual yang kuat.
v Indikator Kompetensi Dasar Humanis dapat dinilai
dari tingkat kadar :
- Kader agamis yang senantiasa setia terhadap
keyakinan dan cita-cita.
- Solidaritas
sosial yang tinggi untuk segala lapisan.
- Sikap yang populis, terbuka dan menghargai orang
lain.
- Sikap kepentingan sosial dan kepeloporan.
- Berkepribadian
Muhammadiyah dan loyal.
- Berpribadi
menarik dan peka.
- Sikap amanah, setia kawan dan jujur.
- Tanggung jawab, menepati janji dan adil.
Referensi
1.
Rahmat Andi &
Najib Muhammad, 2001. Gerakan Perlawanan Dari Masjid Kampus, Purimedia
2. Pedoman
Individuasi Kader IMM, 2000-2002, DPD IMM JAWA TENGAH
3.
Buku Panduan
Masta, KORKOM IMM UMS, 2008
4. TriKompetensi Dasar, Peneguh jatidiri kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, 2007. Bidang Keilmuan Dewan Pimpinan Pusat
IMM